Experiment in social sciences @FPsi UKM

“The book which I here present to the public is an attempt to mark out a new domain of science.” Wilhelm Wundt, in Principles of Physiological Psychology ([1874] 1904).

Literatur kontemporer (Gazzaniga, Heatherton & Halpern, 2015; Weiten, Dunn, & Hammer, 2015) mendefinisikan Psikologi sebagai suatu kajian ilmiah tentang perilaku (behaviour), proses mental (mind), dan otak (brain). Apabila dipetakan ke dalam hierarki sains filsuf Auguste Comte (1798–1857), Psikologi menempati posisi di antara Biologi dan Sosiologi (Fanelli & Glänzel, 2013; Simonton, 2015). Comte sendiri mengabaikan keberadaan Psikologi dalam hierarki sainsnya. Psikologi dianggap tidak mampu menjadi sebuah sains karena objek yang dikaji tidak dapat diteliti secara ilmiah, dan metode yang digunakan oleh bidang ini mengandalkan pada spekulasi yang bersifat metafisika (Coon, 1992).

Agar mampu berdiri di ranah sains, Psikologi tidak imun terhadap tiga utama pilar sains yaitu empiris, positif, dan dapat difalsifikasi. Artinya objek yang dikaji bersifat nyata, terukur, dan setiap temuan ilmiah yang dihasilkan oleh peneliti memungkinkan untuk disangkal melalui replikasi riset. Di sisi lain, sifat manusia sebagai objek kajian membawa konsekuensi fleksibilitas dalam menjelaskan kerja akademis yang dilakukan oleh ilmuwan Psikologi. Jika dalam dunia sains yang ideal para ilmuwan saling berbagi latar belakang teoretis dan metodologis, dalam ranah yang tergolong “soft-science” seperti Psikologi dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai konsensus mengenai sejauh mana signifikansi dari berbagai teori dan temuan riset yang dihasilkan (Fanelli & Glänzel, 2013).

Wundt pertama kali mendeklarasikan Psikologi sebagai domain baru sains melalui buku Principles of Physiological Psychology (terbit tahun 1874 dan 1904). Deklarasi ini baru memeroleh respons positif setelah Wundt mendirikan laboratorium pertama pada tahun 1879 di University of Leipzig Jerman Timur. Sejak saat itu, para peneliti dari seluruh dunia terus berdatangan ke laboratorium Wundt untuk melakukan riset dan kolaborasi. Melalui laboratorium Wundt, para tokoh awal Psikologi berhasil memperlihatkan bahwa objek kajian Psikologi mungkin untuk diteliti dengan metode yang sudah sejak lama diakui dari bidang Fisika dan disiplin ilmu alam lain, yaitu metode eksperimental (Tentang peran laboratorium dalam riset Psikologi, lihat Hastjarjo, 2009).


Terima kasih kepada kolega dari Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha atas kesediaan untuk ikut merevitalisasi riset eksperimental di Indonesia.

%d bloggers like this: