Bagi peneliti yang menggunakan skala adaptasi ini sebagai alat ukur, mohon agar mencantumkan artikel yang tercantum dalam “Referensi” sebagai sumber properti psikometri skala.
Skala-skala ini dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu untuk mengukur trait vs. state.
Dalam konteks eksperimen, skala state dapat digunakan sebagai cek manipulasi atas kualitas perlakuan yang diberikan peneliti.
Mindfulness attention awareness scale (MAAS) dikonstruksi oleh Brown dan Ryan (2003) berdasarkan konseptualisasi trait mindfulness (sadar penuh-hadir utuh) sebagai faktor tunggal atensi dan kesadaran tentang berbagai kondisi dalam kehidupan sehari-hari.
Self-control scale (SCS) disusun oleh Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) sebagai skala trait self-control untuk mengukur kapasitas individu mengendalikan proses mental dan perilaku diri agar sesuai dengan standar tertentu. Standar ini bisa berupa tujuan personal jangka panjang maupun norma sosial.
Toronto Alexithymia Scale (TAS-20) disusun oleh R. Michael Bagby, James D. A. Parker, dan Graeme J. Alexithymia (‘‘no words for feelings’’) adalah kesulitan subjek untuk melakukan identifikasi, memberikan deskripsi, dan menginterpretasikan emosinya sendiri (Bagby dkk, 1994). Bermula dari pengamatan klinis terhadap pasien psikosomatis, konsep alexithymia selanjutnya digunakan untuk menggambarkan defisit hal mengelola afek.
Ruminative response scale (RRS) dikonstruksi oleh Treynor, Gonzalez, dan Nolen-Hoeksema (2003) berdasarkan analisis sekunder data penelitian sebelumnya terhadap sampel komunitas. RRS digunakan untuk mengukur trait rumination, yaitu kecenderungan repetitif pada subjek untuk memikirkan sebab, akibat, dan simtom dari afek negatif yang ia rasakan.
Buss dan Perry (1992) menyusun Aggression questionnaire (AQ) untuk mengukur trait agresi sebagai kombinasi dari faktor perilaku berupa agresi fisik dan agresi verbal, faktor kognitif berupa permusuhan (hostility), dan faktor emosi berupa kemarahan (anger).
Skala untuk mengukur komponen sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control berdasarkan Theory of planned behavior (TPB) beserta keterkaitan kompenen ini dengan intensi dan perilaku dalam konteks aktivitas fisik dimodifikasi dari Chan, Fung, Xing, dan Hagger (2014) serta Chan, Ivarsson, Yang, Stenling, dan Hagger (2015).
Chan, Ivarsson, Yang, Stenling, dan Hagger (2015) menyusun Treatment self-regulation questionnaire for adequate physical activity (TSRQ-PA) sebagai modifikasi dari Levesque dkk. (2007) untuk mengukur motivasi dalam melakukan aktivitas fisik sebagai target perilaku. Motivasi ini mencakup aspek autonomous motivation, controlled motivation, dan amotivation.
Self-reported adherence scale for physical activity (SRAS-PA) dimodifikasi dari Chan, Donovan, Lentillon-Kaestner, Hardcastle, Dimmock, Keatley, dan Hagger (2014) serta Chan dan Hagger (2012) sebagai skala mengukur kepatuhan perilaku individu dalam melakukan aktivitas fisik.
Revised Collett-Lester Fear of Death and Dying Scale (CL-FODS; Lester, 1990) digunakan untuk mengukur tingkat ketakutan yang dilaporkan oleh individu ketika ia berpikir tentang kematian. Ketakutan ini mencakup terhadap kematian diri sendiri, proses sekarat diri sendiri, kematian orang lain, dan proses sekarat orang lain.
Toronto mindfulness scale (TMS) dikonstruksi oleh Lau dkk. (2006) untuk mengukur state mindfulness (sadar penuh-hadir utuh) setelah partisipan menerima perlakuan berupa induksi mindfulness. State mindfulness terdiri dari dua dimensi yaitu curiosity dan decentering.
Positive and negative affect schedule (PANAS) adalah skala mood yang dikembangkan Watson, Clark, dan Tellegen (1988) dari model dimensi emosi yaitu afek positif dan afek negatif.
State envy scale dikonstruksi oleh Lange, Weidman, dan Crucius (2018) dari teori Pain-driven Dual Envy (PaDE) yang memandang envy sebagai kombinasi dari (1) rasa sakit (pain of envy) akibat perasaan inferior terhadap target envy, yang mengambil bentuk (2) iri (benign envy) berupa hasrat untuk meningkatkan kinerja sehingga dapat melampaui status target envy, atau (3) dengki (malicious envy) yang mengandung permusuhan dan intensi untuk menyakiti target envy.
Need-threat scale adalah skala yang dikembangkan Williams (2009) berdasarkan model temporal need-threat bahwa dibandingkan dengan interaksi sosial aversif lainnya, ostrasisme (pengabaian) punya potensi unik untuk mengancam empat kebutuhan dasar: dimiliki dan memiliki, harga diri, pengendalian, dan kebermaknaan eksistensial.